Thursday, June 5, 2014

Tenang & Menang

Assalamualaikum wbt.
Ini celoteh coretan untuk renungan para isteri.

Anies rasa nak kekalkan bahasanya...jom baca sama-sama :)



Seorang istri mengaku, "Di awal pertengkaran aku berusaha tetap tenang. Tapi karena konflik meruncing, aku tak bisa lagi menahan emosi. Aku merasa, suami tidak mengindahkan semua pengorbananku untuk rumah, anak-anak dan bagaimana aku tulus ikhlas dalam melayani mereka semua. Amarah menguasai akal sehatku hingga mengalirlah kata-kata pedas dan menyakitkan. Sementara suamiku pun membalas dengan kata-kata yang jauh lebih pedas lagi. Konflik-konflik kami semakin membesar dan sulit diatasi. Kami berdua mempertahankan sikap masing-masing hingga konflik berlarut-larut sampai lama. Terpaksa aku yang sering mengalah dan mulai bicara dengan suami untuk berdamai agar tekanan ketidakharmonisan di dalam rumah mereda. Memang, tampaknya kaum lelaki jauh lebih kuat menanggung konflik daripada kita. Mungkin karena mereka bisa menghabiskan waktu sangat panjang di luar rumah untuk menenangkan hati

Inilah kesalahan umum wanita zaman sekarang yang belum pernah ada sebelumnya, yang mengartikan "keikhlasan wanita" dalam membahagiakan keluarga sebagai sebuah "pengorbanan". Padahal sebenarnya, keikhlasan itu adalah sumber kebahagiaan istri. Itulah jalan kesuksesannya dalam mengatus keluarga. Dan itulah bukti kecerdasannya sebagai istri dan ibu rumah tangga

Istri pemenang yang cerdas emosi hanya akan berkonsentrasi pada tema yang menjadi sumber konflik saja. Dia tidak mengeluarkan segala pikiran buruk tentang s

Istri pemenang sadar bahwa keberhasilannya dalam menjaga ketenangan diri jauh lebih berharga daripada menyerahkan terhadap nafsu amarah. tenang adalah bukti kekuatan. Imam Ali Kw pernah berkata, "Manusia terhebat adalah mereka yang paling bisa menguasai diri sendiri"

Istri pemenang ingat akan pentingnya memilih kata-kata santun dalam menjawab kemarahan suami. Dia akan menghindari kata-kata yang mengandung permusuhan, olok-olok, ataupun mengejek.

Istri pemenang tidak memedulikan hal-hal konyol yang dikatakan suami jika tidak menyangkut tema konflik, agar salah tidak semakin membesar. Lagi pula, dia bisa saja membicarakan hal itu di lain waktu dengan cara menyampaikan yang lembut.

Istri pemenang harus berusaha mengatasi konflik yang ada tanpa menyindir dengan suara, kata-kata atau tenggelam pada berbagai masalah kecil yang bisa memperkeruh suasana. Dia harus berjuang untuk tetap berada di dalam lingkup tema konflik dan menghindar dari sikap keras kepala
uami yang tersimpan dalam benaknya. Ini penting, agar tidak tampak adanya keinginan istri untuk menghukum suami terhadap semua kesalahan yang dia lakukan sejak menikah. Sungguh, tak ada pria yang mau menerima gugatan seperti itu.

-credit to Kumpulan Bacaan-